Kebakaran di Hutan Gunung Guntur Jawa Barat

[ Aaaaa…

Tolong, dadaku sesak,

Hai kera, burung, bapak harimau kenapa kalian meninggalkan aku,

Tunggu, aku juga ingin ikut bersama kalian,

Hei, tunggu aku….

Aku tidak bisa bergerak, tolonglah,

Aaaa….kenapa pemandangan dihadapanku menjadi lautan merah,

Aaaa….panas, apa yang terjadi dengan alam ini? ]

 

Berita dari detikNews (news.detik.com) mengabarkan bahwa Kebakaran Hutan di kawasan cagar alam Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Jawa Barat terjadi pada Kamis (20/09/2018). Kebakaran berlangsung di kawasan Sukawangi, Kecamatan Tarogong Kaler.

Menurut salah seorang warga yang bernama Rosidin, “Apinya, suara gemuruhnya udah kedengeran dari malem. Tapi terlihat jelasnya pas tadi aja pagi-pagi”.

Kepulan asap tebal membumbung tinggi di lokasi kejadian. Penyebab dari kebakaran diduga karena musim kemarau yang berkepanjangan sehingga banyak tanaman kering yang mudah terbakar. Tiupan angin yang kencang pun membuat api terus menjalar dan merembet. Kebakaran telah menghanguskan puluhan hektar lahan wisata cagar alam Gunung Guntur. Selang seminggu pada Kamis (27/09/2018) sore, kebakaran kembali terjadi di blok Naringgul. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), BPBD Garut, dan Petugas Dinas Pemadam Kebakaran terus berupaya untuk memadamkan api. Angin kencang, medan yang tinggi dan terjal menjadi kendala dalam memadamkannya. Kebakaran tersebut dilaporkan telah membakar pohon pinus, kaso, kaliandra, semak belukar, rumput, dan alang-alang.

Kebakaran hutan yang melanda akibat penyebab alam tidak bisa kita hindari, tetapi jika penyebabnya adalah karena manusia maka itu akan menjadi hal yang harus diperhatikan. Hutan di Indonesia adalah adalah milik kita, paru-paru dunia, penyuplai oksigen dan kehidupan bagi makhluk hidup, peyimpan air tanah, sumber plasma nutfah, dan masih banyak lagi fungsi yang lainya. Apabila hutan itu rusak, maka siapa yang akan memberikan oksigen kepada kita? Paru-paru telah rusak, lalu apa yang bisa kita lakukan? Seperti layaknya manusia, apabila paru-paru sudah rusak maka akan mendekatkan kepada kematian.

Sudah seharunya kita bersyukur bahwa Indonesia memiliki hamparan hutan yang sangat luas, menurut data bahwa luas hutan kita lebih dari setengah luas wilayah Indonesia. Sayangnya, semakin hari hutan kita semakin gundul karena derasnya laju deforestasi (kerusakan hutan). Menurut data dari State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (Hak Penguasaan Hutan). Dari total luas hutan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.

Indonesia dikenal dengan negara daya rusak hutan tercepat, seharusnya sebagai mahasiswa Kehutanan kita harus menyadari dan mengambil tindakan agar hutan Indonesia bisa kembali fungsinya. Mahasiswa sebagai agen of change harus memberi peran yang lebih untuk Indonesia. Oleh karena itu, mari kita sama-sama melangkah dan bekerjasama untuk mewujudkan hutan Indonesia yang lebih baik.

 

[ Andai aku bisa berbicara dan berlari,

Aku ingin teriak dan berlari sejadi-jadinya,

Tapi apa daya aku sudah ditakdirkan seperti ini,

Tapi, tolonglah jaga teman-teman kami yang lain.. ]

Leave a Comment

Your email address will not be published.